TAWASUL MENURUT IBNU TAIMIYAH DENGAN TAWASUL KHAZANAH TRANS 7

AL-KALIM ATH-THAYIB IBNU TAIMIYAH OK

Dalam tayangan Khazanah Trans 7 mengenahi Tawasul disana narator yang tidak bisa mengucapkan bahasa arab dengan baik (fasih), [maklum warga baru dalam memahami agama] dalam membacakan narasinya “bahwa Imam Abu Hanifah menolak tawasul, demikian halnya Ibnu Taimiyah dalam kitab Fatah Al-Kabir juga meniadakan tawasul dengan orang yg sudahmeninggal.”

Namun anehnya Ibnu Taimiyah [Ahmad bin Abdul Halim bin Abdus Salam Ibnu Taimiyah Al-Harrani] (w 728 H); imam terkemuka kaum Wahabi, menulis buku berjudul “Al-Kalim Ath-Thayyib Min Adzkar An-Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam”. Lihat, ia menamakan karyanya tersebut dengan “Al-Kalim Ath-Thayyib”; artinya “KATA-KATA YANG BAIK” Dari dzikir-dzikir Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.” Dalam buku itu, cet. Maktabah Dar Al-Bayan Damsiq hal. 131 atau pada cet. Darr Al-Kutub Al-Ilmiyyah Bairut Lebanon, Thn. 1417, hal. 123, melalui pasal khusus yang ke 57 Tentang Kaki Ketika Khadzir (lumpuh sesaat) Ibn Taimiyah menuliskan riwayat sebagai berikut sebagaimana scan kitab yg berwarna kuning sbb:

عن الهيثم ابن حنش قال: كناعند عبدالله بن عمر رضى الله عنهما: فخذرت رجله فقال له رجل: أذكر أحب الناس اليك, فقال يامحمد, فكأنما نشيط من عقال

234-“Dari Al-Haitsam ibn Hanasy, berkata: “Dahulu, ketika kami duduk di -majelis- sahabat Abdullah ibn Umar ibn al-Khath-thab (semoga ridla Allah selalu tercurah baginya), tiba-tiba kaki beliau terkena “khadzir”; yaitu semacam lumpuh tapi sesaat (tidak permanen), lalu ada seseorang berkata kepadanya: “Sebutkanlah orang yang paling engkau cintai?? Maka sahabat Abdullah ibn Umar berkata: “Yaa Muhammad….”. )Kemudian saat itu pula beliau langsung sembuh dari sakitnya tersebut(; seakan ia telah terlepas dari ikatan”.

Perhatikan, Ibn Taimiyah meriwayatkan hadits tersebut dalam karyanya, lalu ia menamakan karyanya tersebut dengan judul “al-Kalim ath-Thayyib”; dengan demikian artinya ia menganggap kata-kata “yaa Muhammad…” sebagai kata-kata yang baik. Padahal saat itu Rasulullah telah lama meninggal, dan Abdullah ibn Umar memanggil (nida’) nama Rasulullah yang jelas-jelas tidak hadir (berada) di hadapannya. Kata “Yaa Muhammad…” adalah istighatasah atau tawassul; sahabat Abdullah ibn Umar meminta kepada Allah dengan menjadikan Rasulullah sebagai wasilahnya. Melalui satu riwayat ini pula ada satu kejanggalan dimana dalam keterangannya bhw atsar sahabat tersebut sanadnya dho’if. Pertanyaannya kenapa jika wahabi salafi itu biasanya tdk memakai hadits atau riwayat dho’if sementara imam besarnya menggunakannya dan bahkan memasukkan dalam bab khusus yaitu pasal tentang kaki yg terkena lumpuh dalam kitab karangannya? Ayo para wahabier silahkan dijawab !

Kaum Wahabi mengatakan bahwa istighatsah atau tawassul dengan memanggil nama seorang yang telah meninggal adalah perbuatan syirik dan kufur. Kita katakan kepada orang-orang Wahabi; “Apakah kalian akan mengatakan bahwa sahabat Abdullah ibn Umar telah musyrik karena telah mengatakan “Yaa Muhammad…”????? ataukah kalian akan melepaskan keyakinan sesat kalian???? kalau kalian tidak melepaskan keyakinan sesat tersebut maka berarti kalian telah mengkafirkan sahabat Abdullah ibn Umar.

Wahai Kaum Wahabi… kalian menamakan Ibn Taimiyah sebagai “Syaikh al-Islam” karena dia Imam “tanpa tanding” bagi kalian. Dia menyebut kata “yaa Muhammad…” sebagai kata-kata yang baik, sementara kalian menamakan itu sebagai kekufuran!!! artinya, seharusnya kalian menamakan IbnTaimiyah bukan “Syaikh al-Islam”, tetapi “Syaikh al-Kufr” sesuai dasar aqidah kalian tersebut.

Ini adalah BUKTI NYATA bahwa ajaran Wahabi adalah ajaran aneh dan menyesatkan….

Wallahu a’lam bish-Shawab dan smg bermanfa’at

3 responses to “TAWASUL MENURUT IBNU TAIMIYAH DENGAN TAWASUL KHAZANAH TRANS 7

Tinggalkan Balasan ke ayu Batalkan balasan